BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam menafsirkan dan memahami isi kandungan
dalam Al-Qur’an, maka perlu kita mempelajari terlebih dahulu ilmu yang disebut
Ulumul Qur’an. Adapun pembahasan yang telah dibahas dalam Ulumul Qur’an
meliputi sejarah, perkembangan, sebab diturunkannya, permisalan, kisah-kisah,
ilmu nasikh dan mansukh, perdebatan, sumpah dan sebagainya.
Perlu kita ketahui bahwa, banyak orang yang kagum atau tertarik
pada isi kandungan dalam Al-Qur’an. Beberapa keindahan yang menonjol adalah
tentang kisah cerita. Di dalamnya terdapat 35 surat dan 1.600 ayat, tak
mengherankan jika kemudian Allah SWT menyebut Al-Qur’an sebagai kumpulan cerita
terbaik, meski Al-Qur’an bukanlah buku cerita biasa.
“Kami menceritakan kepadamu kisah
yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu.” (QS. Yusuf:
03).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian Ilmu Qashashil Qur’an?
2. Apa
saja macam-macam Qashash dalam Al-Qur’an?
3. Hikmah
apa yang dapat diambil dari pengulangan kisah dalam al-qur’an?
4. Adakah
hubungan kisah dengan hajat hidup manusia?
5. Bagaimanakah
contoh kisah-kisah dalam Al-Qur’an?
6. Apakah
faedah-faedah dari Qashash Al-Qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ilmu
Qashashil Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak-jejak umat
dan Nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam
Al-Qur’an.[1]
Kata al-qasas adalah bentuk
masdar. Firman Allah:
“Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita
cari”. lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula”.(Q.S Al-Kahfi
ayat: 64).
Maksudnya, kedua
orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang.
Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah:
“Sesungguhnya
ini adalah berita yang benar”. (Q.S Ali-Imran ayat: 62).
Dan firman
Allah:
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.” (Q.S Yusuf ayat: 111).
Qasas
al-Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal
ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada
masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau
jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang
menarik dan mempesona. [2]
B. Macam-Macam Qashshashil Qur’an
1.
Ditinjau dari
segi waktu
a. Kisah
hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashashul ghuyub al-madhiyah)
Yaitu kisah yang
menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca
indera yang terjadi dimasa lampau.
Contohnya: kisah
nabi Nuh, nabi Musa, dan kisah Maryam seperti yang diterangkan dalam surat
Al-Imran ayat 44
Artinya : Yang
demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada
kamu (ya Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka
melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang
akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka
bersengketa.
b. Kisah-kisah
ghaib pada masa kini (al-qashashul ghuyub al-hadhirah)
Yaitu kisah yang
menerangkan hal ghaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih
akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan menyingkap rahasia orang
munafik. Contohnya seperti: kisah yang menerangkan para malaikat, jin, syaitan
dan siksaan neraka serta kenikmatan surga, kisah-kisah tersebut dari dulu sudah
ada, sekarangpun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun akan tetap ada.
Misalnya saja kisah yang terdapat pada surat Al-Qari’ah ayat 1-5:
Artinya : Hari
kiamat, Apakah hari kiamat itu? tahukah kamu Apakah hari kiamat itu? pada hari itu manusia adalah seperti
anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang
dihambur-hamburkan.
c. Kisah
hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashashul ghuyub
al-mustaqbilah)
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang
akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-qur’an, kemudian
peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Contohnya seperti kisah nabi Muhammad
bermimpi akan dapat masuk Masjidil Haram bersama para sahabat. Pada saat
perjanjian Hudaibiyah nabi gagal masuk Makkah
sehingga dihina oleh orang-orang kafir. Maka turunlah ayat yaitu surat
Al-Fath ayat 27
Artinya:
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki
Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala
dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut.
2.
Ditinjau dari
segi materi
Sedangkan jika ditinjau
dari segi materi kisah al-qur’an dibagi menjadi tiga yaitu:
1)
Kisah para nabi,
mu’jizat mereka, fase-fase dakwah mereka, penentang serta pengikut mereka.
Contoh:kisah
nabi Nuh, nabi Ibrahim, serta nabi Musa dan lain-lain.[3]
2)
Kisah keshalihan
orang-orang yang belum diketahui status kenabiannya agar diteladani dan kisah
tokoh-tokoh durjana masa lalu agar dijauhi dan tidak diikuti.[4]
Contoh:Ashabul Kahfi, Qarun, Dzul Qurnain
dan lain-lain.
3)
Kisah-kisah yang
berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Contoh:perang
Badr, perang Uhud (dalam surat Al-Imran), perang Hunain dan perang Tabuk (dalam
surat At-Taubah), perang Ahzab (dalam surah Al-Ahzab), hijrah, isra’ mi’raj dan
lain sebagainya.[5]
3.
Ditinjau dari
segi pelaku
a) Manusia,
yaitu kisah yang pelakunya berupa manusia. Contoh kisah nabiSulaiman, Fir’aun, Maryam, dan
lain-lain.
b) Malaikat, yaitu
kisah yang pelakunya berupa malaikat. Contoh, kisah malaikat yang terdapat
dalam surat Hud ayat 69-83 yaitu yang mengisahkan bahwa malaikat datang kepada
nabi Ibrahim dan nabi Luth dengan menjelma sebagai seorang tamu.
c) Jin, kisah yang
digambarkan oleh jin.
d) Binatang, yaitu
kisah yang pelakunya adalah binatang. Contoh kisah burung yang terdapat pada
zaman nabi Sulaiman yang diabadikan dalam surat An-Naml ayat 18-19.
C. Hikmah Pengulangan Kisah Dalam Al-qur’an
Didalam kitab suci al-qur’an banyak sekali
kisah-kisah yang disebutkan berulang-ulang. Hanya saja pengulangan kisah-kisah
Itu dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal tersebut mengandung hikmah yang antara
lain:
1)
Menjelaskan
ketinggian mutu sastra balaghah al-Qur’an, terbukti bisa mengungkapkan kisah
sampai beberapa kali tetapi dalam ungkapan yang berlainan sehingga tidak
membosankan bahkan mengasikkan pendengarnya.
2)
Membuktikan
ketinggian mukjizat al-Qur’an, yakni bisa menjelaskan satu makna (satu kisah)
dalam berbagai bentuk kalimat yang bermacam-macam.
3)
Untuk lebih
memperhatikan kepada pentingnya kisah-kisah al-qur’an sehingga perlu disebutkan
dengan berulang-ulang sampai beberapa kali agar dapat lebih meresap terpatri
dalam hati sanubari.
4)
Menunjukkan
perbedaan tujuan dari tiap-tiap kali pengulangan penyebutan kisah al-Qur’an
itu, sehingga menunjukkan banyaknya tujuan penyebutan kisah sebanyak
pengulangannya.[6]
D. Pertalian Kisah Dengan Hajat Hidup Manusia
Dari uraian diatas kita dapat mengambil gambaran
bahwa kisah dalam al-Qur’an mempunyai multi fungsi, selain berisi pelajaran
yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah tauhid dan sekaligus
menenteramkan jiwa, bahkan dapat berfungsi sebagai penghibur terutama bila
menghadapi tantangan keras dari umat dan penolakan mereka. Jika demikian halnya
maka eksistensi kisah dalam al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
hajat hidup umat manusia. Selain itu kisah dalam al-qur’an lebih mengutamakan
pelajaran, pendidikan dan dakwah, yang pada kenyataannya sangat dibutuhkan
manusia.[7]
E. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an.
1. Kisah
tentang Nabi Sulaiman yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 36,
yaitu:
“(Maka tatkala utusan itu sampai) utusan
ratu Balqis yang membawa hadiah berikut dengan pengiring-pengiringnya
(kepada Sulaiman. Sulaiman berkata, "Apakah patut kalian menolong aku
dengan harta?, apa yang diberikan Allah kepadaku) berupa kenabian dan
kerajaan (lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian) yakni
keduniaan yang diberikan kepada kalian (tetapi kalian merasa bangga dengan
hadiah kalian itu) karena kalian merasa bangga dengan harta keduniaan yang
kalian miliki”.[8]
2. Kisah
tentang Luqman Al-Hakim yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13,
yaitu:
“(Dan) ingatlah
(ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai
anakku) lafadz bunayya adalah bentuk tashghir yang dimaksud adalah
memanggil anak dengan nama kesayangannya (janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan) Allah itu (adalah benar-benar kedzaliman
yang besar.") Maka anaknya itu bertobat kepada Allah dan masuk Islam”.[9]
3. Kisah
tentang Baiat Ridwan yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 10,
yaitu:
“(Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia
kepada kamu) yaitu melakukan baiat Ridwan di
Hudaibiah (sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah) pengertian
ini sama dengan makna yang terkandung dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya,
"Barang siapa yang menaati rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah."
(Tangan kekuasaan Allah berada di atas tangan mereka) yang berbaiat kepada
Nabi saw. Maksudnya, bahwa Allah swt. menyaksikan pembaiatan mereka, maka Dia
kelak akan memberikan balasan pahala-Nya kepada mereka (maka barang siapa
yang melanggar janjinya) yakni merusak baiatnya (maka sesungguhnya ia
hanya melanggar) karena itu akibat dari pelanggarannya akan menimpa
(dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah
akan memberinya) dapat dibaca Fasaya`tiihi atau Fasanu`tiihi, kalau
dibaca Fasanu`tihi artinya, Kami akan memberinya (pahala yang
besar)”.[10]
F. Faedah-faedah dari Qashash Al-Qur’an
Diantara
faedah-faedah dari kisah atau Qashash Al-Qur’an, ialah:
1. Menjelaskan
dasar-dasar dakwah agama Allah SWT dan menerangkan pokok-pokok syari’at yang
disampaikan oleh para Nabi.
2. Mengkokohkan
hati Rasul dan hati umat Muhammad SAW dalam beragama dengan agama Allah SWT dan
menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya kebathilan.
3. Mengabadikan
usaha-usaha para Nabi-nabi dahulu dan pernyataan bahwa Nabi-nabi terdahulu
adalah benar.
4. Memperlihatkan
kebenaran Nabi Muhammad SAW, dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan
keadaan-keadaan umat yang telah lalu.
5. Menyikapi
kebohongan Ahlul Kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih
murni.
6. Menarik
perhatian mereka yeng diberikan pelajaran.[11]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ilmu
Qashash Al-Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah tentang jejak umat dan
kenabian serta peristiwa yang telah terjadi pada masa terdahulu.
2. Macam-macam
kisah dalam Al-Qur’an diantaranya kisah Nabi-nabi (Qashash Anbiya’), kisah yang
berpautan dengan peristiwa yang telah terjadi kepada orang yang tidak dapat
dipastikan kenabiannya, dan kisah kisah yang berpautan pada masa Rasulullah
SAW.
3. Tujuan
dari kisah-kisah Al-Qur’an adalah
4. Adapun
contoh kisah dalam Al-Qur’an, seperti kisah Nabi Sulaiman yang terdapat dalam
surat An-Naml, kisah Luqman Al-Hakim dalam surat Luqman, dan kisah Baiat Ridwan
dalam surat Al-Fath.
5. Faedah
dari kisah dalam Al-Qur’an ialah
menjelaskan dasar-dasar dakwah agama, mengkokohkan hati Rasul, mengabadikan
kisah Nabi terdahulu dan mengajarkan bahwa cerita itu sebagai metode
pembelajaran yang baik dan tepat untuk mendidik umat.
DAFTAR PUSTAKA
Manna Al-Qaththan,
Syaikh. 2005. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Mifdhol Abdurrahman.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ash-Shiddiqy,
Muhammad Habsi. Tengku. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT Pustaka
Rizqi Putra.
Baidan, Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamzah,
Mucotob. 2003. Studi Al Qur’an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media.
Hasbi
Ash Shidieqy, Fuad. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.
Hidayat,
Dani. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain. Tasikmalaya: Pesantren Persatuan
Islam 91.
Munir,
Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
النواوى ,عبد الله , العرفان فى مختصر علوم
القرآن (فاجيتا معهد ترماسى الاسلامى).
القطان
,مناع, مباحث فى علةم القرآن (منشورات العصر
الحديث).
العلا
مة جلاالدّ ين محمد بن أحمد المحلّي والشيح وجلا ل الدّين عبد الرحمن بن ابى بكر
السّيوطي
[2] Syaikh Manna Al- Qaththan, Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj Mifdhol Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), hal. 431.
[8] Dani
Hidayat, Terjemah Tafsir Jalalain (Tasikmalaya: Pesantren Persatuan
Islam 91, 2010), hal. 171.
[9] Ibid, Dani Hidayat, hal.
187.
[10] Ibid,
Dani Hidayat, hal. 250.
[11] Fuad
Hasbi Ash Shidieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2002), hal. 192.
No comments:
Post a Comment