Monday, 3 March 2014

Ilmu Qashash Al-Qur'an, Study Ulumul Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
            Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menafsirkan dan memahami isi kandungan dalam Al-Qur’an, maka perlu kita mempelajari terlebih dahulu ilmu yang disebut Ulumul Qur’an. Adapun pembahasan yang telah dibahas dalam Ulumul Qur’an meliputi sejarah, perkembangan, sebab diturunkannya, permisalan, kisah-kisah, ilmu nasikh dan mansukh, perdebatan, sumpah dan sebagainya.
            Perlu kita ketahui  bahwa, banyak orang yang kagum atau tertarik pada isi kandungan dalam Al-Qur’an. Beberapa keindahan yang menonjol adalah tentang kisah cerita. Di dalamnya terdapat 35 surat dan 1.600 ayat, tak mengherankan jika kemudian Allah SWT menyebut Al-Qur’an sebagai kumpulan cerita terbaik, meski Al-Qur’an bukanlah buku cerita biasa.
            “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu.” (QS. Yusuf: 03).
B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Ilmu Qashashil Qur’an?
2.      Apa saja macam-macam Qashash dalam Al-Qur’an?
3.      Hikmah apa yang dapat diambil dari pengulangan kisah dalam al-qur’an?
4.      Adakah hubungan kisah dengan hajat hidup manusia?
5.      Bagaimanakah contoh kisah-kisah dalam Al-Qur’an?
6.      Apakah faedah-faedah dari Qashash Al-Qur’an?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
Ilmu Qashashil Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah yaitu jejak-jejak umat dan Nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam Al-Qur’an.[1]
Kata al-qasas adalah bentuk masdar. Firman Allah:
 “Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula”.(Q.S Al-Kahfi ayat: 64).
Maksudnya, kedua orang itu kem­bali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang.
Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah:

“Sesungguhnya ini adalah berita yang benar”. (Q.S Ali-Imran ayat: 62).
Dan firman Allah:
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(Q.S Yusuf ayat: 111).
Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat  yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peris­tiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. [2]

B.       Macam-Macam Qashshashil Qur’an
1.      Ditinjau dari segi waktu
a.       Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashashul ghuyub al-madhiyah)
Yaitu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indera yang terjadi dimasa lampau.
Contohnya: kisah nabi Nuh, nabi Musa, dan kisah Maryam seperti yang diterangkan dalam surat Al-Imran ayat 44
Artinya : Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.

b.      Kisah-kisah ghaib pada masa kini (al-qashashul ghuyub al-hadhirah)
Yaitu kisah yang menerangkan hal ghaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan menyingkap rahasia orang munafik. Contohnya seperti: kisah yang menerangkan para malaikat, jin, syaitan dan siksaan neraka serta kenikmatan surga, kisah-kisah tersebut dari dulu sudah ada, sekarangpun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun akan tetap ada. Misalnya saja kisah yang terdapat pada surat Al-Qari’ah ayat 1-5:
Artinya : Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?  pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

c.       Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang (al-qashashul ghuyub al-mustaqbilah)
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-qur’an, kemudian peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Contohnya seperti kisah nabi Muhammad bermimpi akan dapat masuk Masjidil Haram bersama para sahabat. Pada saat perjanjian Hudaibiyah nabi gagal masuk Makkah  sehingga dihina oleh orang-orang kafir. Maka turunlah ayat yaitu surat Al-Fath ayat 27
Artinya: Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut.
 
2.      Ditinjau dari segi materi
Sedangkan jika ditinjau dari segi materi kisah al-qur’an dibagi menjadi tiga yaitu:
1)        Kisah para nabi, mu’jizat mereka, fase-fase dakwah mereka, penentang serta pengikut mereka.
       Contoh:kisah nabi Nuh, nabi Ibrahim, serta nabi Musa dan lain-lain.[3]
2)        Kisah keshalihan orang-orang yang belum diketahui status kenabiannya agar diteladani dan kisah tokoh-tokoh durjana masa lalu agar dijauhi dan tidak diikuti.[4]
       Contoh:Ashabul Kahfi, Qarun, Dzul Qurnain dan lain-lain.
3)        Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
       Contoh:perang Badr, perang Uhud (dalam surat Al-Imran), perang Hunain dan perang Tabuk (dalam surat At-Taubah), perang Ahzab (dalam surah Al-Ahzab), hijrah, isra’ mi’raj dan lain sebagainya.[5]
3.      Ditinjau dari segi pelaku
a)      Manusia, yaitu kisah yang pelakunya berupa manusia. Contoh kisah nabiSulaiman, Fir’aun, Maryam, dan lain-lain.
b)      Malaikat, yaitu kisah yang pelakunya berupa malaikat. Contoh, kisah malaikat yang terdapat dalam surat Hud ayat 69-83 yaitu yang mengisahkan bahwa malaikat datang kepada nabi Ibrahim dan nabi Luth dengan menjelma sebagai seorang tamu.
c)      Jin, kisah yang digambarkan oleh jin.
d)     Binatang, yaitu kisah yang pelakunya adalah binatang. Contoh kisah burung yang terdapat pada zaman nabi Sulaiman yang diabadikan dalam surat An-Naml ayat 18-19.
C.      Hikmah Pengulangan Kisah Dalam Al-qur’an
Didalam kitab suci al-qur’an banyak sekali kisah-kisah yang disebutkan berulang-ulang. Hanya saja pengulangan kisah-kisah Itu dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal tersebut mengandung hikmah yang antara lain:
1)        Menjelaskan ketinggian mutu sastra balaghah al-Qur’an, terbukti bisa mengungkapkan kisah sampai beberapa kali tetapi dalam ungkapan yang berlainan sehingga tidak membosankan bahkan mengasikkan pendengarnya.
2)        Membuktikan ketinggian mukjizat al-Qur’an, yakni bisa menjelaskan satu makna (satu kisah) dalam berbagai bentuk kalimat yang bermacam-macam.
3)        Untuk lebih memperhatikan kepada pentingnya kisah-kisah al-qur’an sehingga perlu disebutkan dengan berulang-ulang sampai beberapa kali agar dapat lebih meresap terpatri dalam hati sanubari.
4)        Menunjukkan perbedaan tujuan dari tiap-tiap kali pengulangan penyebutan kisah al-Qur’an itu, sehingga menunjukkan banyaknya tujuan penyebutan kisah sebanyak pengulangannya.[6]

D.      Pertalian Kisah Dengan Hajat Hidup Manusia
Dari uraian diatas kita dapat mengambil gambaran bahwa kisah dalam al-Qur’an mempunyai multi fungsi, selain berisi pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah tauhid dan sekaligus menenteramkan jiwa, bahkan dapat berfungsi sebagai penghibur terutama bila menghadapi tantangan keras dari umat dan penolakan mereka. Jika demikian halnya maka eksistensi kisah dalam al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hajat hidup umat manusia. Selain itu kisah dalam al-qur’an lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan dan dakwah, yang pada kenyataannya sangat dibutuhkan manusia.[7]
E.       Kisah-kisah dalam Al-Qur’an.
1.    Kisah tentang Nabi Sulaiman yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 36, yaitu:
 “(Maka tatkala utusan itu sampai) utusan ratu Balqis yang membawa hadiah berikut dengan pengiring-pengiringnya (kepada Sulaiman. Sulaiman berkata, "Apakah patut kalian menolong aku dengan harta?, apa yang diberikan Allah kepadaku) berupa kenabian dan kerajaan (lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian) yakni keduniaan yang diberikan kepada kalian (tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian itu) karena kalian merasa bangga dengan harta keduniaan yang kalian miliki”.[8]

2.    Kisah tentang Luqman Al-Hakim yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13, yaitu:      
“(Dan) ingatlah (ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia menasihatinya, "Hai anakku) lafadz bunayya adalah bentuk tashghir yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama kesayangannya (janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan) Allah itu (adalah benar-benar kedzaliman yang besar.") Maka anaknya itu bertobat kepada Allah dan masuk Islam”.[9]

3.    Kisah tentang Baiat Ridwan yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Fath ayat 10, yaitu:
 “(Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu) yaitu melakukan baiat Ridwan di Hudaibiah (sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah) pengertian ini sama dengan makna yang terkandung dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Barang siapa yang menaati rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah." (Tangan kekuasaan Allah berada di atas tangan mereka) yang berbaiat kepada Nabi saw. Maksudnya, bahwa Allah swt. menyaksikan pembaiatan mereka, maka Dia kelak akan memberikan balasan pahala-Nya kepada mereka (maka barang siapa yang melanggar janjinya) yakni merusak baiatnya (maka sesungguhnya ia hanya melanggar) karena itu akibat dari pelanggarannya akan menimpa (dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya) dapat dibaca Fasaya`tiihi atau Fasanu`tiihi, kalau dibaca Fasanu`tihi artinya, Kami akan memberinya (pahala yang besar)”.[10]

F.       Faedah-faedah dari Qashash Al-Qur’an
Diantara faedah-faedah dari kisah atau Qashash Al-Qur’an, ialah:
1.    Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah SWT dan menerangkan pokok-pokok syari’at yang disampaikan oleh para Nabi.
2.    Mengkokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad SAW dalam beragama dengan agama Allah SWT dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya kebathilan.
3.    Mengabadikan usaha-usaha para Nabi-nabi dahulu dan pernyataan bahwa Nabi-nabi terdahulu adalah benar.
4.    Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad SAW, dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan umat yang telah lalu.
5.    Menyikapi kebohongan Ahlul Kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni.
6.    Menarik perhatian mereka yeng diberikan pelajaran.[11]


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Ilmu Qashash Al-Qur’an ialah ilmu yang membahas kisah-kisah tentang jejak umat dan kenabian serta peristiwa yang telah terjadi pada masa terdahulu.
2.    Macam-macam kisah dalam Al-Qur’an diantaranya kisah Nabi-nabi (Qashash Anbiya’), kisah yang berpautan dengan peristiwa yang telah terjadi kepada orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, dan kisah kisah yang berpautan pada masa Rasulullah SAW.
3.    Tujuan dari kisah-kisah Al-Qur’an adalah
4.    Adapun contoh kisah dalam Al-Qur’an, seperti kisah Nabi Sulaiman yang terdapat dalam surat An-Naml, kisah Luqman Al-Hakim dalam surat Luqman, dan kisah Baiat Ridwan dalam surat Al-Fath.
5.    Faedah dari kisah dalam Al-Qur’an  ialah menjelaskan dasar-dasar dakwah agama, mengkokohkan hati Rasul, mengabadikan kisah Nabi terdahulu dan mengajarkan bahwa cerita itu sebagai metode pembelajaran yang baik dan tepat untuk mendidik umat.






DAFTAR PUSTAKA

Manna Al-Qaththan, Syaikh. 2005. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Mifdhol Abdurrahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ash-Shiddiqy, Muhammad Habsi. Tengku. 2002. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT Pustaka Rizqi Putra.
Baidan, Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamzah, Mucotob. 2003. Studi Al Qur’an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media.
Hasbi Ash Shidieqy, Fuad. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Hidayat, Dani. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain. Tasikmalaya: Pesantren Persatuan Islam 91.
Munir, Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
النواوى ,عبد الله  , العرفان فى مختصر علوم القرآن (فاجيتا معهد ترماسى الاسلامى).
القطان ,مناع, مباحث فى علةم القرآن (منشورات العصر الحديث).
العلا مة جلاالدّ ين محمد بن أحمد المحلّي والشيح وجلا ل الدّين عبد الرحمن بن ابى بكر السّيوطي





[1] Hamzah, Mucotob, 2003, Studi Al Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal. 201.
[2] Syaikh Manna Al- Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj Mifdhol Abdurrahman (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), hal. 431.
[3] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000),  300
[4] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), 144
[5] Ibid,. Syaikh Manna Al- Qaththan, hal. 388.
[6] Ibid, hal. 304
[7]  Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 237
[8] Dani Hidayat, Terjemah Tafsir Jalalain (Tasikmalaya: Pesantren Persatuan Islam 91, 2010), hal. 171.
[9] Ibid, Dani Hidayat, hal. 187.
[10] Ibid, Dani Hidayat, hal. 250.
[11] Fuad Hasbi Ash Shidieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 192.

No comments:

Post a Comment