Tuesday 31 May 2016

Kajian Teori Tentang Pembinaan Aqidah Siswa



PEMBINAAN AQIDAH SISWA

Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang mengikat yaitu keimanan. Aqidah juga sebagai ketentuan dasar mengenai keimanan seorang muslim, landasan dari segala prilakunya, bahkan aqidah sebenarnya merupakan landasan bagi ketentuan syariah yang merupakan pedoman bagi seseorang berprilaku di muka bumi.[1]
Aqidah memiliki enam Aspek yaitu: keimanan pada Allah, pada para Malaikat-Nya, iman kepada para Rasul utusan-Nya, pada hari akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendaki-Nya. Apakah ini takdir baik atau takdir buruk. Dan seluruh Aspek ini merupakan hal yang gaib. Kita tidak mampu menangkapnya dengan panca indra kita.[2]
Seperti yang telah dijelaskan di atas maka kita akan menemukan lima pola dasar pembinaan aqidah anak seperti : Membacakan kalimat tauhid pada Anak, menanamkan kecintaan mereka pada Allah, pada Rasulullah Muhammad SAW, mengajarkan Al-qur’an dan menanamkan nilai perjuangan rasul serta pengorbanan beliau pada mereka.
Imam Al- Gazali menjelaskan secara khusus bagaimana menanamkan keimanan pada anak. Belaiau berkata, “Langkah pertama yang bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang telah dia yakini sebelumnya. Inilah proses pembenaran dalam sebuah keimanan yang dialami anak pada umumnya.[3]
Dalam proses penanaman Aqidah ini, kita dapat perlu mengajarkan pada anak bagaimana cara mereka berbicara atau menjelaskan tentang pemahaman mereka terhadap Aqidah. Tapi cukuplah bagi mereka untuk menyibukkan diri dengan banyak membaca Al-Qur’an, mempelajari tafsirnya, juga hadis-hadis Rasulullah SAW serta sibukkan mereka dengan amalan – amalan keseharian dalam ibadah ritual. Dengan  demikian secara tidak langsung akan timbul keyakinan dengan sendirinya dalam diri anak ketika mereka tengah membaca Al-qur’an dan hadis.
Adapun langkah-langkah yang mesti kita lakukan untuk membentuk Aqidah anak adalah sebagai berikut:
1.      Mendiktekan kalimat Tauhid pada Anak
Diriwayatkan oleh Al- Hakim dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan oleh seorang anak adalah Tauhid yaitu kalimat “La Ilaha Illallah” . dan bacakanlah kepada mereka ketika menjelang maut.[4]
Zakiah Darajat berpendapat bahwa “anak yang sering mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah, maka ia akan mulai mengenal nama Allah. Hal ini kemudian, mendorong tumbuhnya jiwa keagamaan pada anak tersebut.[5]
Disebutkan dalam sejarah perjalanan Rasulullah, bahwa beliau lebih memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan anak kecil, dengan upaya-Nya dalam memperhatikan mereka, Rasulullah terjun langsung dalam mengajarkan tentang islam. Hingga akhirnya dalam diri Ali yang usianya masih relative muda, tapi semangat juangnya sudah tertanam dengan kuat.[6]
2.      Menanamkan kecintaan Anak kepada Allah, senantiasa meminta pertolongan dan pengawasan hanya kepada Allah serta yakin akan ketentuan Allah SWT.
Setiap anak pernah merasakan sebuah persoalan dalam hidupnya. Baik persoalan kewajibannya, dalam hubungan sosial masyarakat, ataupun dalam lingkungan pendidikannya. Anak pun akan mengekspresikan persoalan yang sedang dihadapinya dengan cara yang berbeda satu sama lain. Sebagian menggunakan perasaannya yang sangat halus, sebagian anak lain mungkin mewujudkannya dalam bentuk tingkah laku dan lain sebagainya. Maka dengan cara bagaimana kita mampu mengatasi persoalan dari dalam jiwa mereka yang begitu beragam? Dan apakah ada sebuah metode pemecahan masalah agar sang anak mampu mengatasi dengan baik?
Islam memberikan jawabannya yang tepat. Yaitu dengan menanamkan kecintaan anak pada zat yang maha Agung dan maha kuasa. Allah SWT yang akan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang dikehendakinya, yang selalu mengawasi segala apa saja yang kita lakukan. Dan menanamkan keyakinan pada anak akan adanya takdir atau kehendak Allah berupa kebaikan atau keburukan. Inilah ajaran terpenting Rasulullah SAW. Selaku utusan Allah yang telah diberikan kepada ummatnya yang tiada seorangpun mampu menciptakan ajaran semacam ini.[7]
Oleh karena itu apa bila sang anak telah dapat menghayati bentuk- bentuk keimanan tadi, dan anak telah memiliki keyakinan yang kuat serta memiliki pengetahuan tentang penciptanya dengan baik, niscaya segala bentuk persoalan yang akan dihadapi tidak akan membuatnya resah ataupun gelisah. Keimanan yang sudah melekat di dalam dada mereka yang akan membuatnya mampu menghadapi persoalan hidup yang sedang dihadapinya hingga masa dewasanya kelak.
3.      Menanamkan kecintaan Anak pada Nabi Muhammad SAW.
Kecintaan pada Rasulullah SAW merupakan perwujudan bentuk persaksian umat islam yang kedua yaitu kesaksian akan Muhammad SAW selaku utusan Allah yang diturunkan kebumi ini. Para ulama besar terdahulu dan penerusnya telah berupaya untuk mencurahkan perhatiannya yang cukup serius dalam menanamkan kecintaan anak pada NabiSAW yang menjadi contoh teladan terbaik dalam seluruh ummat manusia di muka bumi ini. Sebab apa bila telah tertanam dalam jiwa anak kecintaannya pada Nabi SAW, akan menambah kecintaan anak pada agama Allah.
Apa bila kita mencoba untuk mengamati perkembangan anak secara teliti, akan kita temukan bahwa pada masa-masa anak belum mencapai usia baliq terdapat suatu kecendrungan kuat dalam diri anak untuk mencapai tokoh yang dianggapnya paling hebat dalam segala hal, agar anak itu bisa menirunya dan bertindak seolah-olah dia juga memiliki kehebatan seperti apa yang telah dimiliki oleh tokoh yang ia kaguminya. Maka oleh karena itu pendidikan islam memiliki sebuah metode yang sangat hebat dalam menyalurkan kecendrungan anak tersebut dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai tokoh yang dikagumi karena memiliki sifat – sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain selain beliau. Sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Thabrani, ibnu Najjar dan Ad. Dailani dari Ali bin Abi Thalib k. w. bahwasanya Rasulullah SAW Bersabda : “Didiklah anak-anakmu untuk melakukan 3 hal ini, mencintai Nabinya, mencintai keluarga nabi, dan membaca Al-qur’an” berkata Al-manawi bahwa hadis ini dhaif. Begitu juga dengan firman Allah Swt., di dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.[8]


[1] Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, (Cet.VIII, Jakarta: Bulan Bintang, 1993),  h. 317
[2] Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Cet.II; Kairo: Al-Bayan,1988),  h. 109
[3] Ibid., h. 110
[4] Ibid., h. 115
[5] Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta; Bulan Bintang: 1976), h. 87
[6] Muhammad Nur Abdul Hafizh, Op. Cit., h. 118
[7] Ibid., h. 119
[8] Departemen Agama, Op.cit., h. 204

No comments:

Post a Comment