Sunday 14 June 2015

Pembelajaran MAKRO



BAB
I
PENDAHULUAN




A.  Latar Belakang
Masalah makro adalah masalah-masalah pendidikan yang secara global atau universal dirasakan oleh hampir semua institusi pendidikan dalam proses pembelajarannya. Masalah pada tataran makro berhubungan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan yang secara makro mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya perkembangan media hiburan (seperti play station sampai ke pelosok desa) yang sulit di kendalikan dan mempengaruhi para siswa. Masalah pada tataran makro, agak sulit untuk ditangani oleh guru secara langsung. Hal ini harus ditangani secara bersama-sama dengan pihak terkait baik itu atasan guru (kepala sekolah) maupun pihak dinas pendidikan dan pihak komite sekolah. Masalah-masalah pada kategori ini juga memerlukan bantuan pihak luar seperti masyarakat / orang tua siswa. Sedangkan masalah pada tataran mikro berhubungan dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Masalah pada tataran mikro adalah masalah yang dialami guru secara langsung pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Jadi wujudnya lebih konkrit dan dapat ditemukan dalam rutinitas keseharian pendidikan/pembelajaran.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pembelajaran?
2.      Apa saja yang termasuk ruang lingkup pembelajaran makro?
3.      Apa saja problem dalam pembelajaran makro?




BAB
II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Belajar
Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengelaman para ilmuan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuan atau pakar itu sendiri dalam mengajarkan peserta didiknya.Muhammad Ali (1987: 10-11) menyatakan, pengertianbelajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaaan.[1] Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang.
Sedangkan pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.[2]



B.     Ruang Lingkup
Pendidikan dalam ruang lingkup artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar.
Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah berlangsung seumur hidup hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).[3]

C.    Strategi pembelajaran makro
Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.[4]

D.    Problematika dan solusi dalam pembelajaran makro
Kendala peningkatan mutu pendidikan ini disebabkan karena pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan ketidaksesuaian pengelolaan sistem kurikulum, lingkungan kerja yang tidak kondusif, tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadan staf, serta tidak merata secara nasional.
Solusi yang ditawarkan untuk Peningkatan Mutu Pendidikan:
1.    Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan system study pada umumnya.
2.    Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid serta buku pedoman guru sekolah dasar dan sekolah-sekolah lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan tehnik untuk sekolah-sekolah yang memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang study pada pendidikan tinggi.
3.    Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada sekolah dasar (SD), TK, dan SLB, laboratorium IPA dan SMP & SMA, fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktik pada sekolah-sekolah kejuruan dan tehnik serta laboratorium untuk berbagai bidang ilmu pendidikan untuk Perguruan Tinggi.
4.    Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan sekolah. (Departemen Pendidikan Nasional DEPDIKNAS (2002)).
5.    Perlu kiranya dilakukan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan mutu guru antara lain, dengan presensi kedisiplinan guru; pertemuan guru/rapat guru untuk memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah; penataran guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru; mengikuti kursus pendidikan untuk menambah wawasan dan pengetahuan guru; mengadakan lokakarya untuk meningkatkan mutu hidup pada umumnya serta mutu dalam hal pekerjaan.[5]









BAB
III
KESIMPULAN


pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.
Pendidikan makro adalah pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti undang-undang sistem pendidikan nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah berlangsung seumur hidup hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Kendala peningkatan mutu pendidikan ini disebabkan karena pemberian peranan yang kurang proporsional, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan ketidaksesuaian pengelolaan sistem kurikulum, lingkungan kerja yang tidak kondusif, tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadan staf, serta tidak merata secara nasional, maka hendaknya mengevaluasi problem tersebut agar semua kendala segera terselesaikan demi peningkatan mutu pendidikan.









DAFTAR PUSTAKA


Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.
https://dewiqueenastitii.wordpress.com/tugas-kuliah/permasalahan-pendidikan-di-tingkat-makro-messo-dan-mikro/. diakses pada 28 maret 2015
http://yoeyhanfebryani.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html. diakses pada 28 maret 2015
http://eckaneumandiani.blogspot.com/2013/03/pendidikan-dalam-ruang-lingkup-mikro.html. diakses pada 28 maret 2015
http://makalahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/. diakses pada 28 maret 2015


[1] Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 5
[2] http://makalahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/
[3] http://eckaneumandiani.blogspot.com/2013/03/pendidikan-dalam-ruang-lingkup-mikro.html
[4] http://yoeyhanfebryani.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
[5] https://dewiqueenastitii.wordpress.com/tugas-kuliah/permasalahan-pendidikan-di-tingkat-makro-messo-dan-mikro/

No comments:

Post a Comment