BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengetahuan tentang metode penelitian semakin bermanfaat dan
menjadi salah satu pendidikan yang penting bagi mahasiswa putra dan putri yang
sedang mengikuti perkuliahan di
perguruan tinggi. Dengan adanya metode penilitian
ini dapat memberikan deskripsi, eksplanasi, prediksi, motivasi, inovasi dan juga dasar-dasar teoritis bagi pengembangan pendidikan.
Dalam pendidikan yang baik mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan
karakter, memberikan keunggulan, dan kemampuan berkreasi. Didalam penilitian mampu
menemukan, mengembangkan, dan membuktikan kebenaran ilmiah suatu penelitian maupun ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Metode Penelitian dan Metodologi
Penelitian?
2.
Apa perbedaan antara Metodologi Penelitian dan Metode
Penelitian?
3.
Apa saja hubungan Ilmu dan Penelitian?
4.
Apa yang dimaksud dengan Kebenaran?
5.
Apa yang dimaksud dengan Penelitian Ilmiah?
6.
Bagaimana cara memperoleh Kebenaran Ilmiah dan Non Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Penelitian dan Metodologi Penelitian
Menurut
bahasa (etimologi), Metode berasal
dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode
adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu
disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau
penelitian.
Menurut istilah “Metodologi” berasal
dari bahasa yunani yakni metodhos dan logos, metodhos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan
upaya menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala
dan wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode atau cara-cara yang
berlaku dalam kajian atau penelitian.[1]
Selain itu metodelogi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metode penelitian
adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam
penelitian.[2] Louay safi mendefinisikan metodologi sebagai bidang penelitian
ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan
dalam mengkaji fenomena alam dan manusia atau dengan kata lain metodologi
adalah bidang penelitian ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan dan
menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah.[3]
Metodologi
adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu, metode
kognitif yang betul untuk mencari kebenaran adalah lebih penting dari filsafat,
sains, atau hanya mempunyai bakat.[4]
B. Perbedaan antara Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,
mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Tentang istilah penelitian banyak para sarjana
yang mengemukakan pendapatnya, seperti:
1. David H. Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai
berbagai jenis masalah yang pemecahanya memerlukan pengumpulan dan penafsiran
fakta-fakta.
2. J. Suprapto MA
Penelitian ialah penyelidikan dari suatu bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati serta sistematis.
3. Sutrisno Hadi MA
Penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami
sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga
diperoleh pemecahanya.
Dari batasan-batasan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan
mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (meliputi kegiatan-kegiatan mencari,
mencatat, merumuskan, menganalisis, sampai menyusun laporanya) berdasarkan
fakta-fakta secara ilmiah.[5]
Metodologi penelitian adalah semua kegiatan
pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu
untuk mendapatkan fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk
mendapatkan pengertian baru.[6]
Metode penelitian merupakan tuntunan tentang
bagaimana secara berurut penelitian dilakukan, menggunakan alat dan bahan apa
dan bagaimana prosedurnya.[7]
Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang cara atau langkah dalam
penelitiannya.[8]
C. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan ilmu. Keduanya seperti kakak adik, tidak dapat dipisahkan. Ilmu lahir
karena penelitian dan sebaliknya, ilmu pengetahuan melahirkan penelitian.[9]
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal. Sedangkan
ilmu pengetahuan adalah suatu usaha manusia secara terus-menerus dan mendalam
dengan menggunakan metode berfikir tertentu.[10]
Ilmu juga didefinisikan sebagai sekelompok pengetahuan yang terorganisasi dan sistematis, yang
mempelajari gejala-gejala alam dan gejala sosial melalui observasi dan
eksperimen. Ilmu bersifat sistematis dan mencoba untuk memahami masalah
observasi dan eksperimen yang logis dan runtun. ilmu telah bersungguh-sungguh
dan secara jujur berusaha mencari kebenaran berdasarkan bukti empiris dan data
objektif. Oleh karena itu, ilmu bersifat objektif dan terbuka sebab selalu
dikontrol, diuji, disanggah, dan diperbaiki dan disempurnakan. Dengan demikian,
ilmu berkembang secara terus menerus.
D. Pengertian Kebenaran
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna
“kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun
langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan
pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari
keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli
dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak
bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi
steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat
oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara
pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu
harus dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah
pengetahuan obyektif.[11]
Kebenaran Ilmiah, yaitu kebenaran yang terbangun/diperoleh berdasarkan proses
penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan
dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, dan koheren.[12]
E. Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah merupakan suatu kegiatan
yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji sesuatu masalah. Usaha demikian
juga bertujuan untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsip yang
mendasar dan umum berkenaan dengan landasan serta inti masalah tertentu.
Penelitian biasa dilakukan atas pedoman berbagai informasi, yakni informasi
yang berwujud dalam teori-teori dari hasil penelitian-penelitian terdahulu. Di
samping itu penelitian juga dilakukan dengan tujuan untuk menambah atau
menyempurnakan teori serta pengetahuan yang telah ada berkenaan dengan masalah
yang menjadi sasaran kajian.[13]
Didalam menjaga nilai obyektif atas data yang
dikumpulkan setiap penelitian hendaknya berpedoman pada metode ilmiah yang
mencakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Prosedur penelitian harus terbuka untuk umum dan dapat diperiksa oleh
peneliti lain.
2. Definisi-definisi yang dibuat atau dipergunakan harus tepat dan berdasarkan
atas konsep-konsep serta teori-teori yang sudah ada.
3. Penemuan-penemuan yang ada memungkinkan untuk dapat dikembangkan sebagai
sasaran penelitian yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.
4. Kegiatan penelitian bertujuan memberikan penjelasan, interpretasi dan
prediksi-prediksi mengenai gejala-gejala yang dikaji.
5. Dengan demikian, penelitian itu pada dasarnya dilakukan dalam orientasi
untuk mengembangkan kebenaran terdahulu, atau menguji kebenaran terdahulu, dan
yang terpenting adalah berusaha menemukan kebenaran baru.[14]
Penelitian ilmiah dapat diartikan sebagai
aktivitas penelitian yang dilakukan secara sistematis, terkontrol, empiris, dan
kritis terhadap proporsi-proporsi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan
terhadap gejala alam.[15]
Pada dasarnya penelitian merupakan suatu upaya
pencarian dan bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap sesuatu obyek
yang mudah terpegang di tangan.[16]
Ada masa pada waktu lampau di mana orang
mengatakan bahwa penilitian ilmiah, seperti yang di lakukan dalam ilmu-ilmu
pengetahuan alam, tidak dapat dilakukan terhadap gejala-gejala sosial.
Dikatakan bahwa kelakuan manusia selalu berubah-ubah, sehingga tidak dapat
diramalkan secara ilmiah dan tepat.
F. Kebenaran Ilmiah dan Non Ilmiah
Manusia akan puas apabila ia memperoleh
pengetahuan mengenai apa yang dipermasalahkan dan lebih puas lagi apabila pengetahuan yang diperoleh itu
adalah pengetahuan yang benar. Oleh karena itu manusia mencari dan memperoleh
pengetahuan yang benar.
Pada dasarnya ada dua cara untuk memperoleh
kebenaran yaitu dengan cara non ilmiah dan cara ilmiah. Cara non ilmiah ini
digunakan lebih dulu daripada cara ilmiah
karena keterbatasan daya pikir manusia.
1. Cara Non Ilmiah
a. Akal sehat.
b. Prasangka.
c. Intuisi.
d. Penemuan kebetulan dan coba-coba.
e. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis.
2. Cara Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan penekatan
ilmiah melalui penelitian ilmiah dan dibangun diatas teori tertentu. Dengan pendekatan
ilmiah tersebut orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu
pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka
untuk diuji oleh siapa saja yang ingin menguji.[17]
Ilmu dapat berkembang apabila ada kegiatan
berfikir ilmiah, sebab dengan berfikir ilmiah inilah hampir semua fakta,
hipotesis dan argumen semuanya akan diuji dan diteliti secara ilmiah untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan yang juga harus teruji kebenarannya. Pada
umumnya suatu kebenaran imiah dapat diterima karena 3 alasan, yaitu:
a. Adanya koheran/konsisten.
Bahwa suatu pernytaan dianggap benar jika
pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap dan
diyakini kebenarannya.
b. Adanya koresponden.
Bahwa
suatu pernyataan dapat dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung
dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai koresponden dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut.
c. Progmatis.
Bahwa pernyataan dipercayai benar karena
pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu
pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut
mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.[18]
Di dalam pendekatan ilmiah dituntut untuk
dilakukan cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan tata urutan yang
tertentu pula sehingga tercapai pengetahuan yang benar atau logis. Cara ilmiah
ini merupakan syarat mutlak untuk timbulnya ilmu, yang dapat diterima oleh akal
dengan berfikir ilmiah. Untuk dapat berfikir ilmiah maka akan melalui tiga
tahap:
1) Skeptik.
Adalah upaya untuk selalu menanyakan
bukti-bukti atau fakta-fakta terhadap setiap pernyataan.
2) Analitik.
Adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang
setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi
masalah utama dan sebagainya.
3) Kritik.
Adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan
menimbangnya selalu obyektif. Untuk ini maka dituntut agar data dan pola
berpikirnya selalu logis.
Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir
setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi,
bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya bukan subyektif, melainkan obyektif.
Dengan pendekatan ilmiah itu orang berusaha untuk memperoleh kebenaran
ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh
siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.[19]
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode Penelitian.
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Ali, Mukti. 1991. Metode Memahami Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Dessy Wulansari, A. 2012. Penelitian Pendidikan: Suatu
Pendekatan Praktis dengan Menggunakan SPSS. Ponorogo: STAIN Po Press.
Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
I.R. Poedjawijatna. 1987. Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke IImu dan
Filsafat. Jakarta: Bina
Aksara.
Kartiko Widi, R. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mahmud, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Rake Serasin.
Narbuko, C. dan Achmadi, A. 2010. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Rozak, Abdul. 2008. Metodologi
Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media.
Sunggono, Bambang. 2011. Metodologi Penelitian Hukum.
Jakarta: PT. Raja GRAFINDO Persada.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2003. Filsafat Ilmu. Liberty: Yogyakarta.
[8] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Yogyakarta: Rake Serasin, 1998), hal. 3.
[11] I.R. Poedjawijatna, Tahu dan
Pengetahuan, Pengantar ke IImu dan Filsafat (Jakarta: Bina
Aksara, 1987), hal. 16.
[12] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM, Filsafat Ilmu (Liberty: Yogyakarta, 2003), hal.136.
[13] Dudung Abdurahman, Pengantar Metode
Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2003), hal. 1.
[15] Andhita Dessy Wulansari, Penelitian
Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktis dengan Menggunakan SPSS, (Ponorogo:
STAIN Po Press, 2012), hal. 3.
[16] Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
Hukum (Jakarta: PT. Raja GRAFINDO Persada, 2011), hal. 28.
[17] Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi
Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 14-17.
No comments:
Post a Comment